Pages

Kamis, 07 Februari 2013

anjing api,hasrat,dan pembebasan

Demikian mereka memanggilnya seperti  itu. Jangan bayangkan rupanya sebagai sebuah bentuk yang enak dilihat dan proporsional serta punya nilai estetik. Dia hanya anjing biasa dan sama sekali tidak memiliki kelebihan. Badannya kecil kerempeng dan tidak punya corak warna bulu yang menarik. Muka tengkorak yang monyong dengan komposisi kumis jarang-jarang membuat rupanya lebih mirip tikus got dengan ukuran besar. Tingginya juga tidak menjulang seperti seekor great dane atau dogo argentino. Tulang belakangnya lebih bungkuk dibanding anjing normal lainnya. Itulah yang membuat kenapa ekornya yang ceking selalu terseret manakala dia berjalan.


Badannya penuh koreng dan bau busuk nanah yang selalu meleleh manakala badannya kepanasan. Namun kadangkala nanah itu berubah menjadi api yang ruam panasnya membuat bulunya rontok melepuh. Itulah kenapa dia dipanggil ‘anjing api’. Karena badannya sanggup mengeluarkan api dan bau gosong daging yang terpanggang manakala temperature tubuhnya mendadak naik. Penyebabnya bisa macam-macam. Bisa karena lelah ataupun ketika dia sedang marah. Dia tak tahu sebenarnya anjing jenis apa. Ah dia juga nampaknya tak terlalu peduli tetntang asal dan jenisnya.  Tapi yang pasti ibunya adalah seekor betina jalang yang selalu mengumbar birahi. Saking jalangnya bahkan hampir semua anjing jantan dikota ini pernah menyetubuhi ibunya. Berawal dari situlah maka ibunya bunting oleh aneka rupa jenis sperma anjing yang bercampur dirahim bersama sipilis yang ganas menggerogoti tubuhnya yang ceking penyakitan.




Sebetulnya dia lahir bersama 11 saudaranya yang lahir berbarengan. Namun semuanya dimakan oleh ibunya sendiri dan entah kenapa hanya dia saja yang disisakan untuk hidup. Semua saudaranya berakhir dimoncong ibunya yang mengunyah tubuh merah mereka dengan gemas. Tiga bulan kemudian setelah dia bisa membuka mata dan mampu mendengar ibunya baru bercerita bahwa dia memang sengaja memakan saudara-saudaranya. Kata ibu kalaupun mereka semua dibiarkan hidup tak akan berumur panjang. Mereka akan kalah dan mati terbunuh oleh banyak hal. Dari mulai penyakit hingga diserang oleh sesama anjing yang lebih dominan. ‘Aku tak ingin melahirkan generasi yang kalah dan akhirnya harus menangisi kematian mereka’, itulah alasan yang selalu dikatakan oleh ibunya dengan lidah menjulur dan liur menetes. Setelah itu ibunya melenggang pergi bersama pejantan yang kakinya pincang dan bau badannya yang mampu membuat seisi kota muntah. Itulah terakhir kali dia melihat ibunya.



Maka itulah dia sekarang. Setiap malam dia habiskan berkelana dari satu blok ke blok yang lainnya. Menyeret tubuh penuh kudis dan nyala api disekujur tubuhnya. Tak perlu khawatir darimana dia mendapatkan makanan. Kota ini masih terlalu baik untuknya. Setiap tong sampahnya masih berlimpah makanan lezat dan kaya nutrisi. Menu makannya benar-benar ‘junkfood’ karena ditemukan dan mengkonsumsinya didalam tong sampah. Manusia memang aneh. Mereka sekarang mulai mengkonsumsi apapun yang sebenarnya tidak terlalu mereka butuhkan. Gerai-gerai mereka tumbuh menjamur mengepung setiap perempatan jalan dikota ini hingga 24 jam melayani apa yang mereka sebut ‘konsumen’. Maka beruntunglah dia yang setiap hari bisa menikmati apa yang tidak mampu manusia habiskan kapanpun dia inginkan.


Maka itulah dia sekarang. Anjing api yang setiap malam keluyuran menyusuri trotoar kota. Setiap detak malam dia habiskan dengan menziarahi  satu bar ke bar yang lainnya. Masuk dengan gaya perlente berlagak sok kenal dan menyapa pengunjung yang lain lalu menawarkan topik perbincangan yang menarik. Harapannya selain ditawari batangan rokok tentu saja beberapa sloki miras gratis. Itulah sebenarnya yang mereka butuhkan. Teman berbincang dan pengakuan. Lebih tepatnya sanjungan atas semua kerja keras mereka membanting tulang menghasilkan bergepok uang. Lihatlah jika mereka mabuk. Karena begitu mereka mabuk maka dengan semena-mena bakal menguras isi kartu kredit mereka. Dia hanya menyalak nyaring lalu ekorku bergoyang mengikuti irama musik lalu berdansa sempoyongan bersama mereka.



Tapi hal seperti itu sekarang sudah tak pernah terjadi lagi. Karena sekarang sebelum dia masuk  kedalam bar terlebih dahulu sudah dicegat oleh segerombolan anjing penjaga. Mereka bakal mengendus baunya dengan tatapan buas sekedar memastikan bahwa dia memang dikenali dalam koloni mereka. Akhirnya dia lebih sering diusir karena mereka yakin bahwa dia bukan bagian dari koloni mereka. Tapi sebelumnya seperti biasa dia akan banyak omong dulu sama mereka. Membacot tentang apa saja agar mereka mau menerimanya masuk ke tempat itu. Dan seperti biasa akhirnya dia dikeroyok hingga badannya tercabik  oleh luka gigitan mereka karena dipikir terlalu banyak omong. Dikeroyok hingga babak belur lalu meninggalkannya dipojok jalanan dengan luka gigitan disekujur tubuh lalu tubuhnya dibalut api yang menyembur dari luka-luka.



Dia hanya bisa mentertawakan mereka melihat mereka kembali bekerja. Dengan tingkahnya yang cekatan, sigap dan buas seolah mereka bisa mengatasi dia. Salah besar jika mereka pikir bisa mengalahkannya. Lihat sebenarnya siapa yang kalah dalam hal ini. Dia yang kini terkapar penuh luka gigitan pasca menerima gigitan dan cabikan masal atau mereka yang dengan patuh menjalankan instruksi dan perintah. Menurut pada apa yang telah jadi kebijakan. Sedangkan dia yang hingga kini masih bisa memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang dia sukai. Mungkin besok dia akan kembali lagi kesana dan melakukan hal yang sama dan mereka juga pasti akan melakukan hal sama lagi. Lalu dia akan tertawa lebih keras lagi melihat mereka pergi meninggalkannya yang kembali terluka. Dan terbakar disudut jalanan.

Hey…kenapa anjing harus patuh dan setia? Dengan alasan diperhatikan dan diberi makan maka jadi alasan untuk setia dan jadi penurut pada majikan? Lalu kenapa anjing harus punya majikan? Yang hobi memerintah dan melarang? Bahkan untuk urusan kawin saja harus memperhatikan silsilah dan jenis ras. Tidak ada yang lebih mengerikan kecuali melihat hasrat yang dibunuh perlahan. Lihatlah dia si anjing api. Yang setiap malam menjadi penjaga malam berkeliaran dan berlarian bebas diangkasa gelap. Dengan bebas mengencingi gemintang disetiap sudut langit memberi tanda bahwa setiap jengkal malam adalah wilayahnya. Si anjing api yang setiap malam menggigit-gigit rembulan dan menjadikannya seolah tulang kaki sapi. Dengan bebas dia hinggap dari satu awan keawan yang lain lalu tidur dimana saja yang dia sukai. Si anjing api yang selalu menyalak keras pada pagi yang selalu datang tergesa untuk kembali merenggut malam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar